Selasa, 22 Oktober 2013

CERPEN : Lirik Rinduku Buuu









Disofa depan Ivay duduk meringkuk dengan posisi tangan mendekap kedua kaki dan tenggelam dalam lamunan gilanya.
Ia menatap keluar jendela dengan tatapan mata kosong dan melihat anak kecil yang kiranya berusia 5 tahun sedang bermain lompat tali bersama ibunya. Ia teringat pada sosok ibu yang ia dambakan , ia ingat betul saat kematian ibunya disaat ia berumur tepat 5 tahun. Tak butuh waktu lama untuk mengahayati semua itu Ivay pun menangis dan sesekali mengucapkan kalimat keji
     "Aku ingin mati Bu! menusulmu! bermain lompat tali bersama , bermain ayunan bersama seperti dulu! dengar Bu!" Celoteh Ivay sambil menutup kedua daun telinganya dan menggerakan tubuhnya yang masih duduk meringkuk dengan maju mundur dan seperti menggigil.
     "Aku mau mati saja Bu! tak tahan rasa rinduku ini!!!" Ulang lagi katanya.
Ia pun menangis kesakitan dan sesekali ia merasakan sesak nafas di dadanya sambil tangan kanan nya memegang dada yang kesakitan dan tangan kiri menutup betul-betul mulutnya yang berusaha 'tuk berteriak.
Tak tersadar ia pun terlelap dalam tidur nya mungkin karena ia terlalu lelah menangis dan menjerit kesakitan yang merindukan ibunya.
Malam itu ia tertidur disofa depan dan masih dengan keadaan duduk meringkuk. Ayah Ivay pun menggendong Ivay dari ruang tamu depan sampai ke kamarnya.
     "Mungkin kau terlalu lelah nak , ya lelah , lelah merindukan Ibu mu"
Kata Ayah Ivay sambil menyelimuti Ivay dengan selimut katun merah marun milik mendiang Ibunya.
     "Ayah sangat menyayangimu Nak" diciumnya Ivay oleh Ayahnya.
Matahari terbit dari ufuk timur sampai kembali lagi terbenam ke ufuk barat. Ivay masih tertidur pulas entah mengapa ia seperti itu sungguh seperti orang yang sedang koma.
Kakak Ivay yang pertama bernama Via datang menghampiri kamar Ivay dan berniat untuk mengajak ia makan malam bersama di ruang makan bersama Ayahnya , Kak Via dan Kak Kiky yang sudah menunggu lama di ruang makan.
    "Vay yuk makan sama kita , Ayah dah nunggu lho!" mengetuk pintu berkali-kali dan tanpa sautan bahkan tak terdengar suara dari Ivay sendiri.
Tiba-tiba betapa tak terkejut Kak Via mendapati Ivay membukakan pintu dengan senyum dingin dan tanpa menatap Kakaknya ia langsung menuju ruang tengah dan duduk mendepis dan sesekali tersenyum dingin dengan keluarganya.
    "Dik , makan sama Ayah ya? jangan kayak gitu gak baik!" tanya Ayahnya dengan nada pelan halus sambil menepuk pundak Ivay yang sedang membelakangi ruang makan. Ia hanya menggeleng dan tersenyum lagi namun dia tetap tak memandangi lawan bicaranya melainkan menatap garis lurus matanya dengan tatapan kosong.
    "Ayah , Dik Ivay sudah berumur 16 tahun kemarin" dengan menatap Ayahnya dan kembali menatap lurus.
    "Iya Dik , Dik Ivay kenapa? cerita sama Ayah" Ayah Ivay merangkak menuju arah depan Ivay dan berjongkok agar mata Ivay bertemu mata Ayah Ivay kemudian Ayah Ivay memegang kening Ivay dengan pelan.
    "Astaga Ivay suhu badanmu panas sekali , ikut Ayah ke dokter" sambil menatapi Ivay dengan rasa khawatir yang sangat berlebihan.
    "Ayah , Ivay rindu Ibu yah.. Ayah tau?" dengan menoleh ke tatapan Ayahnya dan memegang kedua pundak Ayahnya.
Malam itu berlalu dengan suasana keluarga yang sangat haru karena Ivay , tiba pagi dan Ivay pun kembali bangkit dari keterpurukan nya dan mengawali hari dengan senyum nya walaupun senyumnya tak seperti biasanya.
Pagi itu ia menyesap teh panasnya pelan dan memandangi ke luar jendela. Angin pagi itu sangat dingin ia hampir-hampir menggigil karena rasa dingin mulai menembus sweter tebalnya.
Beberapa menit kemudian Ivay pergi keluar rumah dan tanpa berpamitan dengan orang rumah , namun tanpa ia sadari Ayahnya membuntuti nya dari belakang dan terus memantau ia dari kejauhan. Ternyata Ivay ke makam Ibu nya yang tak jauh dari tempat tinggal nya.
     "Ayah , jangan seperti anak TK cepat keluar dari semak-semak yah Ivay tau" sautnya Ivay dengan nada sedikit menggurau pada Ayahnya
    "Loh kok Adik bisa tau kalo Ayah membuntuti hehe" jawab Ayahnya dengan tertawa terpingkal
Akhirnya Ayah Ivay dan Ivay pergi bersama menuju makam Ibunya mereka bergandengan dan setiba di makam Ibunya Ivay mendadak mencium nisan Ibunya dan berkata
    "Bu Ayah masih seperti anak kecil Bu sukanya mengumpat Bu" dimulainya candaan dari Ivay
Sepulang dari makam Ibunya Ivay dan Ayahnya kembali kerumah dan berusaha menutupi kepedihan sekeluarga.
    "Vay kakak mau pergi" saut Kak Via dengan Ivay
    "Hayo mau kemana kau kak?" Alis Ivay terangkat tinggi dan ia melotot ke arah Kak Via
    "Mau pergi nonton , memang kenapa?" tanyanya pada Ivay yang menatap kedua matanya itu dengan kening berkerut
    "Jangan bilang pergi bersama pacar , aku ikut" bergegasnya Ivay mengikuti kakaknya dan mereka pergi bersama dengan perasaan bahagia dengan sedikit melupakan kesedihan yang ada.



TO BE CONTINUED...........................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar