Kamis, 21 Agustus 2014

PUISI

Geram

Daku bungkam
Menggumam secarik bait
Kata yang melankolis
Sayu sungguh
Muram benar wajah beliau
Lempar batu sembunyi tangan
Untung saja daku tahan kias
Tahan tapa, biarlah beliau geram
Geram dengan permainan poroknya
Memecahkan teka-teki kesunyian

PUISI

Merais Raib
( r a n t a i )

Rimbun nyiur dipulau kertas
Tetesan tinta mengeram merah
Marah, dendam kesumat mulai penat
Mendengar daripada percikan air
Air besar batu bersibak
Hampir aku bersin karena sekam
Sekam yang menimpal didadaku
Serasa sesak
Manakala kerlip bintang mulai lagi
Dalam main tedeng aling-aling
Namun tampak seperti banyolan
Sungguh tabu untuk dikukuhkan
Raib sungguh sungguh raib merais
Merais sisa raib asa semu

Senin, 11 Agustus 2014

PUISI

Sendu Daku
00.00

Kuteropong dari dekat atapku mulai gelap
Kerlip binatang angkasa yang meraung kelaparan
Persendianku mulai nyeri tertimpa air tuba
Entahlah............
Daku tersentuh oleh lantunan itu
Nyaring didadaku
Sungguh............
Mengapalah mengapa ada tetesan embun suci
Tepat melintasi pelipisku
Apakah kurangnya sadarku? Hingga?
Daku semakin terperosok dalam-dalam
Bangkitkanlah daku
Tetesan embun suci ini membuatku terpukau
Bukan bak kau kira
Daku terpukau